Suhu Politik 2014 Memanas
Bulan September Ini, suhu politik menjelang 2014 semakin memanas, pemicunya adalah Survey Politik Pilpres, menariknya adalah hasil Survey yang berbeda beda, ada yang memenangkan Jakowi dan ada yang memenangkan Probowo sebagai Calon presiden paling tinggi elektabiltasnya (tingkat keterpilihannya). Masyarakat dibuat binggung oleh hasil survey yang berbeda-beda, mana yang benar? mana yang salah?, mana yang bisa dipercaya? mana yang tidak?, hal ini dapat menyebabkan runtuhnya "kredebilitas" Survey, sebagai sebuah metodologi ilmiah, yang tentunya hasilnya harus "jujur" dan obyektif, apa adanya.
Contoh: Hasil survey SSSG dari 25 Agustus s.d 9 September 2013, Dalam
hasil survei tersebut, sebanyak 45,8 persen mengaku akan memilih Jokowi
bila pemilihan presiden dilaksanakan hari ini. Sementara tokoh lain
yang berada di bawah posisi Jokowi adalah Jusuf Kalla (9 persen), Dahlan
Iskan (7,5 persen), Prabowo Subianto (6,8 persen), Mahfud MD (5,8
persen). Sisanya adalah nama tokoh yang dipilih kurang dari 5 persen
responden, dan 10 persen responden tidak memberikan jawaban.
Survey Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) merilis hasil survei tentang citra kandidat-kandidat yang mungkin terlibat dalam Pemilu 2014 di mata para wartawan. Dalam survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) merilis hasil survei tentang citra kandidat-kandidat yang mungkin terlibat dalam Pemilu 2014 di mata para wartawan. Jokowi (8,6 persen) mengungguli tokoh-tokoh nasional, seperti Jusuf Kalla (6,8 persen), Megawati Soekarnoputri (6,8 persen), dan Surya Paloh (5,9 persen). Survei ini menggunakan variabel kejujuran yang dibagi dalam tiga indikator, yaitu kelurusan hati, fairness (taat pada aturan main), dan ketulusan/keikhlasan. Hasil survey
Survey Lembaga penelitian asal Singapura, Purengage, tentang kenapa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kerap disebut sebagai media darling karena popularitasnya di berbagai media dan portal berita. penelitian yang menunjukkan bahwa selain populer, Jokowi juga menjadi favorit di portal berita. Mantan Wali Kota Solo itu berada di urutan teratas dengan skala 1.75. Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berada di urutan kedua dan ketiga dengan porsi 1.18 dan 1.05. Sementara itu, Kedua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto berada di peringkat selanjutnya dengan skala 0.40.Periode penelitian ini dilakukan dari 1 Juli hingga 31 Agustus 2013.
Namun dalam Survey Indonesia Network Election Survey (INES) merilis hasil survei yang menyebut elektabilitas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, jauh mengungguli Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden paling potensial di Pilpres 2014. Dari hasil survei yang dilangsungkan pada 16 Agustus-30 Agustus, elektabilitas Prabowo mencapai 34,6 persen sementara Jokowi hanya 21,4 persen. Data survei itu, kata Irwan, diambil dari sampel sebanyak 8.280 orang di 33 Provinsi.
Survey Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) merilis hasil survei tentang citra kandidat-kandidat yang mungkin terlibat dalam Pemilu 2014 di mata para wartawan. Dalam survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) merilis hasil survei tentang citra kandidat-kandidat yang mungkin terlibat dalam Pemilu 2014 di mata para wartawan. Jokowi (8,6 persen) mengungguli tokoh-tokoh nasional, seperti Jusuf Kalla (6,8 persen), Megawati Soekarnoputri (6,8 persen), dan Surya Paloh (5,9 persen). Survei ini menggunakan variabel kejujuran yang dibagi dalam tiga indikator, yaitu kelurusan hati, fairness (taat pada aturan main), dan ketulusan/keikhlasan. Hasil survey
Survey Lembaga penelitian asal Singapura, Purengage, tentang kenapa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kerap disebut sebagai media darling karena popularitasnya di berbagai media dan portal berita. penelitian yang menunjukkan bahwa selain populer, Jokowi juga menjadi favorit di portal berita. Mantan Wali Kota Solo itu berada di urutan teratas dengan skala 1.75. Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berada di urutan kedua dan ketiga dengan porsi 1.18 dan 1.05. Sementara itu, Kedua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto berada di peringkat selanjutnya dengan skala 0.40.Periode penelitian ini dilakukan dari 1 Juli hingga 31 Agustus 2013.
Namun dalam Survey Indonesia Network Election Survey (INES) merilis hasil survei yang menyebut elektabilitas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, jauh mengungguli Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden paling potensial di Pilpres 2014. Dari hasil survei yang dilangsungkan pada 16 Agustus-30 Agustus, elektabilitas Prabowo mencapai 34,6 persen sementara Jokowi hanya 21,4 persen. Data survei itu, kata Irwan, diambil dari sampel sebanyak 8.280 orang di 33 Provinsi.
Tujuan & Fungsi Survey
Survey
sejatinya bertujuan mendapatkan gambaran utuh dan benar tentang
kondisi aktual (selera publik) yang ada di masyarakat (pemilih), yang
kemudian menurut MSCi (media survey center indonesia) bermanfaat untuk
memberikan arahan bagi pasangan
calon, sebagai klien, dalam menentukan arah dan mendapatkan gambaran
prioritas tentang nilai-nilai yang berkembang di masyarakat terkait
PEMILUKADA, dan untuk menetapkan strategi pemenangan, serta membangun
komunikasi politik yang baik dengan masyarakat
(sumber: http://www.mscigroup.com/index.php/articles/definisi-survei-politik-pilkada.html)
Meragukan Kredibilitas Survey
Menanggapi hasil survei INES yang memenangkan Probowo Presiden terpilih 2014. Ahok Wakil Gubernur Jakarta, yang juga kader Gerinda malah meragukan hasil survey ini. Ahok berkata :"Tiba-tiba ada survei INES yang menyebut Pak Jokowi gak laku, malah Pak Prabowo yang laku," katanya dengan ekspresi heran, Jumat, 6 September 2013. "Jangan-jangan ini (surveinya) Gerinda lagi," katanya dengan dahi berkerut. Dalam survei yang dirilis INES, tingkat keterpilihan Prabowo dalam pemilihan presiden mencapai 34,6 persen. Angka ini jauh meninggalkan perolehan suara Jokowi sebesar 21,4 persen. Gaya kepemimpinan Ahok juga disebut lebih disukai ketimbang Jokowi. (sumber: http://forum.kompas.com/megapolitan/298757-ahok-tak-percaya-prabowo-kalahkan-jokowi.html)
Hasil Survey juga diragukan oleh presiden PKS, Anis Matta, beliau mengalisa: Dalam perkembangannya, Survey bukan lagi murni berfungsi sebagai alat baca, namun telah menjadi alat kampanye "kepentingan" politik tertentu, baik untuk mendongkrak ataupun menjatuhkan popularitas kekuatan politik (parpol atau personal). sehingga muncul keraguan terhadap hasil survey. Karena sebelum pilkada Propinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara, pasanangan calon kepala daerah dari PKS diprediksi oleh survey akan kalah, namun kenyataannya menang.
Politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, menilai, hasil survei
berbagai lembaga survei yang menempatkan elektabilitas Joko Widodo alias
Jokowi di urutan atas sebagai calon presiden hanya rekayasa. Menurut
Ruhut, elektabilitas Jokowi justru sebaliknya."Enggak segitu (elektabilitas). Mungkin ada yang ngatur di belakangnya," kata Ruhut di Gedung Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (Kompas: 9/9/2013). (sumber:http://nasional.kompas.com/read/2013/09/09/12303/Ruhut.Tuding.Ada.yang.Rekayasa.Elektabilitas.Jokowi)
Menanggapi hasil survei INES yang memenangkan Probowo Presiden terpilih 2014. Ahok Wakil Gubernur Jakarta, yang juga kader Gerinda malah meragukan hasil survey ini. Ahok berkata :"Tiba-tiba ada survei INES yang menyebut Pak Jokowi gak laku, malah Pak Prabowo yang laku," katanya dengan ekspresi heran, Jumat, 6 September 2013. "Jangan-jangan ini (surveinya) Gerinda lagi," katanya dengan dahi berkerut. Dalam survei yang dirilis INES, tingkat keterpilihan Prabowo dalam pemilihan presiden mencapai 34,6 persen. Angka ini jauh meninggalkan perolehan suara Jokowi sebesar 21,4 persen. Gaya kepemimpinan Ahok juga disebut lebih disukai ketimbang Jokowi. (sumber: http://forum.kompas.com/megapolitan/298757-ahok-tak-percaya-prabowo-kalahkan-jokowi.html)
Hasil Survey juga diragukan oleh presiden PKS, Anis Matta, beliau mengalisa: Dalam perkembangannya, Survey bukan lagi murni berfungsi sebagai alat baca, namun telah menjadi alat kampanye "kepentingan" politik tertentu, baik untuk mendongkrak ataupun menjatuhkan popularitas kekuatan politik (parpol atau personal). sehingga muncul keraguan terhadap hasil survey. Karena sebelum pilkada Propinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara, pasanangan calon kepala daerah dari PKS diprediksi oleh survey akan kalah, namun kenyataannya menang.
(Sumber:http://www.tempo.co/read/news/2013/03/26/078469386/Anis-Matta-Tak-Lagi-Percaya-Survei-Politik)
UU Survey
Kata Direktur Lembaga Survei Indonesia Syaiful Mujani dalam seminar bertajuk "Survei Politik dan Demokrasi di Indonesia" di Gedung CSIS. Harus ada wadah yang mengawasi dan mengatur kualitas kode etik hingga kinerja setiap lembaga survei," Jakarta, Senin. "Jika benar adanya lembaga survei yang dikendarai oleh kepentingan tertentu, hasil survey bukan memberikan gambaran opini publik, tetapi justru menyetir opini publik,"katanya. (sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/12/15/1226459/Lembaga.Survei.Perlu.Diatur.dan.Diawasi)
Oleh karena itu gagasan untuk mengatur survey dengan UU (undang-undang), seperti yang ditulis Anjrah Lelono Broto dalam forum kompas (politik.kompasiana.com) perlu direspon positif tapi tetap kritis, direspon untuk digolkan UU Survey untuk mengembalikan metode ilmiah dan hasil yang obyektif. Tetapi juga perlu dikritisi dan dikawal, agar tidak "kembali" dijadikan "alat" penguasa untuk mengekang dan membungkam "hak intelektual" dan "kebebasan informasi" dalam menyampaikan selera dan kondisi aktual publik ke masyarakat luas. Pada akhirnya tujuan UU Survey adalah untuk mengembalikan KREDEBILTAS (Kewibawaan) Survey.
Hati-hati & Membandingkan
Menurut pemikiran penulis, ketika belum adanya UU Survey, maka para kekuatan politik hendaklah berhati-hati menyimpulkan dan mensikapi hasil survey, langkah terbaik adalah membandingkan dengan survey yang dilakukan secara intenal, baru kemudian menentukan sikap dan merumuskan strategi pemenangan Pemilu legislatif 9 April 2014. Dalam konteks Pemilihan Presiden, kiranya menunggu hasil akhir setelah Pemilu 9 April 2014, adalah pilihan bijak, setelah itu baru mengambil sikap dan langkah pemenangan Pilpres.
Posting Komentar