Sejarah MarkPol
di Indonesia
Atmosfir kompetisi politik pasca
Reformasi 1998, tepatnya pemilu 1999 ditenggarai lebih terbuka, transparan serta
demokratis, eforia kebebasan terlihat
begitu terang benderang, ditandai dengan banyaknya berdiri partai politik, ada
48 parpol muncul bak cendawan dimusim hujan,
ini juga diyakini sebagai momentum kebangkitan Marketing Politik
(MarkPol) di Indonesia dalam konteks persaingan politik.
Menurut Faisal Basri (dalam acara
Siasat ANTEVE, 1998) Paling tidak ada sekitar sepuluh partai politik dipastikan
menerapkan MarkPol dalam pemilu 1999 (Nursal,2004). Sebuah ikhtiar baru,
tehnik yang dianggap canggih dalam mendulang suara. Seperangkat ilmu yang mengabungkan
beragam disiplin ilmu, dari statistic, sosiologi, psikologi,antropologi, ilmu komunikasi, ilmu marketing dan ilmu politik.
Tujuan MarkPol
MarkPol pada intinya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan (need), Keinginan (want) dan harapan (expectation)
para pemilih, untuk meningkatkan kualitas hidup pemilih, bukan sekedar rekayasa
komunikasi untuk mengelubui para pemilih (Nursal, 2004).
Elemen Inti MarkPol
MarkPol memiliki beberapa elemen
inti dan strategis, menurut Nursal (2004) ada 9,yaitu: Positioning, Produk Politik (Policy, person,
party, presentation), produk ini disampaikan kepada pemilih dengan strategi
Marketing (Push Marketing, Pull Marketing dan Pass Marketing), serta Riset. Sedangkan
Firmanzah (2008) walau tidak spesifik diungkap dibuku Marketing Politik nya,
tapi menurut penulis, paling tidak ada 7 hal pokok yang menjadi perhatian utama,
yaitu: Riset, Segmentasi & Positioning, Marketing Mix, Image Politik,
komunikasi politik, serta Kampanye.
Posting Komentar