Call me: 0857.9449.4446 email : info@i-gist.zz.mu

Kharisma Religiusitas Banten (Part I)

Selasa, 01 Oktober 20130 komentar

Berbicara mengenai Banten menarik di pandang dari sisi manapun, dan dari jaman apapun, jikalau kita hendak bernostalgia dengan masa lalunya, Banten ibarat seorang gadis manis nan manja, daya eksotisnya menyihir banyak pihak dan seakan mempunyai daya magnetik sehingga siapapun ingin berkenalan dan dekat dengannya, dengan sumber daya alam yang sangat melimpah di dukung oleh masyarakat yang terkenal ramah, santun, terbuka, religius dan mempunyai toleransi yang tinggi, segala suku bangsa, ras dan agama hidup rukun berdampingan, 

salah satu bukti toleransi tersebut masih nyata dengan berdirinya kelenteng yang tidak jauh dari wilayah kesultanan, tetapi juga masyarakat Banten di kenal tegas, jika religiusitas di wakilkan oleh kelompok yang berlabel ulama dan santri ketegasan di wakilkan pada kelompok yang berlabel jawara tetapi sesungguhnya jawara Banten memiliki ilmu agama yang cukup baik, sehingga di jamannya terjadi sinergitas yang baik anatara ulama dan jawara.
Kesultanan Banten yang berdiri pada tahun 1525, mengalami kemajuan pesat di era pemerintahan Maulana Hasanuddin, sehingga semakin memperjelas jati dirinya sebagai pusat penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Pajajaran, bahkan sampai ke beberapa wilayah di Sumatera, kemonesan Banten tidak saja dikenal di Nusantara tetapi sampai ke mancanegara, hal mana terbukti bahwa Banten mempunyai utusan atau duta besar di Inggris, dan mempunyai mata uang yang diakui secara luas sebagai alat tukar yang sah, Banten mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang berlangsung dari tahun 1651 sampai tahun 1682 sampai pada ahirnya runtuh yang menurut sejarah dikarenakan perebutan kekuasaan akibat politik devide et impera Belanda.  
Siluet pandang akan kedigdayaan dan pesona Banten pun masih nampak hadir pada saat ini, karena memang dari perspektif apapun Banten mempunyai focus spot yang pantas diperhitungkan, namun kebanggaan kita sebagai wong Banten, sebagai orok Pandeglang, sebagai masyarakat yang dilabeli taat beragama, sebagai jawara pembela kebenaran,   

sedang mengalami ujian, sedang dipaksa untuk menyampaikan pengakuan tetang apa yang sesungguhnya terjadi, sejak peristiwa minggu kelabu dimana terjadi bentrokan berdarah antara warga Cikeusik Pandeglang dengan jemaat ahmadiyah yang menewaskan tiga orang dan melukai banyak lainnya, Banten bak menjadi buah bibir baik secara lokal, regional, nasional bahkan dunia internasional, tentu saja sakwasangka dan cibiran sedang mengarah kepada kita masyarakat Banten dimana telah terjadi suatu perbuatan manusia yang tidak memanusiakan manusia, 
masyarakat mengatasi masalah dengan melakukan justice street. Konsekuensi logis dari kejadian ini tentu akan berimbas pada stigma tentang tata nilai yang dianut oleh wong Banten, gambaran Banten seperti dalam paparan di awal tulisan ini akan menjadi berbanding terbalik, karena sesungguhnya yang terjadi bahwa masyarakat Banten itu garang, sporadis, memiliki paham religiusitas sempit dan untoleran, yang mana sebelumnya pernah terjadi stigma serupa dialami oleh masyarakat Banten ketika terjadi gerakan terorisme karena beberapa pelakunya merupakan warga Banten.
Share this article :

Posting Komentar

Kabar Menarik Lainnya :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : bisnis | I-gist Serang | kang Adhie | Adiebungsu | my Facebook
Copyright © 2011. bisnis | Kesehatan | Gaya Hidup - All Rights Reserved
Admin: adiebungsu Rating good
Proudly powered by Blogger