Tak hanya tradisi seren taun yang ada di
Kasepuhan Adat Ciptagelar Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok. Di sana,
justru banyak tradisi adat yang tidak banyak diketahui oleh orang.
Kasepuhan Ciptagelar ini, adalah salah satu kasepuhan yang
mempertahankan kebuasaan leluhurnya. Bukan hanya di bidang pertanian,
masalah kejujuran, rehab rumah pun diatur dalam tradisi adat Banten
Kidul ini. Kemarin, ada tradisi yang menarik perhatian saat Reporter
Radar Sukabumi berkunjung yang kesekian kalinya ke Kampung Adat itu.
Yakni, pembuatan tipung dengan cara tradisional bari ngadongdang.
BENAR-Benar unik dan tradisional.
Kegiatan ‘nipung ka halu’ sangat membudaya di sana. Kegiatan membuat
tepung beras menggunakan halu dengan cara menumbuknya ramai-ramai itu
adalah salah satu tradisi yang dipertahankan warga adat Banten Kidul.
Mereka ramai-ramai membuat tepung beras
menggunakan halu, sejenis tongkat kayu yang panjangnya bisa sampai 1,5
sampai dua meter. Sedikitnya ada 100 orang setiap kali membuat tepung.
Biasanya, pembuatan tepung itu dalam rangka menghadapi acara.
Seperti Seren taun (syukuran hasil
panen), pertengahan bulan atau tepatnya di tanggal 14an menurut kalender
Sunda. Itu adalah kegiatan rutin yang dilakukan setiap bulan purnama
tiba.
Nipung ka halu inilah salah satu proses
pembuatan kue dengan cara tradisional. Merubah padi hingga menjadi
tepung itu sama sekali tidak memakai unsur mesin. Semuanya mulai dari
padi menjadi beras dan beras menjadi tepung menggunakan proses nipung ka
halu. Mulai wanita remaja hingga orang tua berkumpul disana.
Tak ada koordinator atau instruktur.
Mereka sudah mengerti sendiri setiap pertengahan bulan selalu membuat
tepung ramai-ramai. “Masyarakat tos pada ngartos, kabiasaan ieu tos
puluhan taun. mungkin ratusan tahun meuren. (Kita sudah mengerti dan
sadar sendiri. Kebiasaan ini sudah puluhan tahun. Atau ratusan tahun
kali. Jadi sudah terbiasa,” jelas salah satu pembuat tepung, Nurmah
(60).
Uniknya, mereka juga mengerti seni.
Pembuatan tepung itu sekali-kali menggunakan nada ‘dondang dogdang,
dongdang dang dong jer’ suara tumbukan halu diarahkan kepada tepung dan
kayu. Mereka juga sambil mengobrol, rupa-rupa yang dibicarakan, mulai
soal keluarga hingga soal acara adat. Tepungnya pun dibuat macamm-macam.
Mulai dijadikan dodol hingga-kue-kue lain yang disajikan untuk tamu
undangan.
Nah, disinilah kelebihan warga kampung
adat itu. Meski secara finansial mereka terlihat ‘tak berduit’. Namun,
mereka terlihat nyaman dengan kondisi yang mereka tengah dialami. Mereka
akrab satu sama lainnya. Kompak dalam gotong-royong. Apalagi sudah ada
perintah dari sang kasepuhan yakni Abah Ugi Sugriana R (23). Abah Ugi
merupakan pimpinan kasepuhan termuda di antara banyak kasepuhan lainnya
seperti Cisungsang, Sirnaresmi atau Ciptamulya . Ia mendapatkan wangsit
dari ayahnya, Abah Ucup alias Abah Anom untuk menggantikannya setelah
ayahnya meninggal tiga tahun silam.(**)
Posting Komentar