Metrotvnews.com, Jakarta: Keputusan Federal Reserves
(Fed) untuk tetap melanjutkan stimulusnya dinilai sebagai momentum
re-formasi struktural ekonomi bagi negara-negara emerging market
termasuk Indonesia. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo
mengatakan Indonesia mengalami permasalahan pada transaksi berjalan current account.
Akan tetapi, kebijakan pengurangan stimulus pasti akan dilakukan secara bertahap, seiring perbaikan ekonomi negara 'Paman Sam' itu. Hal ini akan menciptakan kembali aksi penarikan modal asing (outflow) dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Kondisi pembalikan arus modal itu akan menekan perekonomian negara-negara berkembang terutama yang mengalami persoalan neraca pembayaran yang kurang sehat.
"Ini perlu kita waspadai dan kita sikapi dan kita mesti lihat ke depan. Ada kemungkinan dengan jangka waktu tingkat bunganya juga meningkat.
Ia menjelaskan langkah bank sentral AS meneruskan stimulusnya berimbas
aliran modal asing kembali masuk ke pasar uang Tanah Air. Aliran modal
jangka pendek itu masuk ke surat utang negara dan saham.
"Jangan tunda langkah reformasi struktural yang metsi kita lakukan,"
ujar Agus di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (20/9).
Ini akan berdampak pada negara berkembang yang punya neraca pembayaran yang kurang sehat akan dapat tekanan lebih tinggi. Oleh karena itu bagi Indonesia kita harus bisa gunakan waktu di mana The Fed menunda stimulusnya untuk kita persiapkan diri dengan baik," terang Agus.
Transaksi berjalan pada kuartal II, sesuai data BI, mengalami defisit US$9,8 miliar. Nilai ini naik bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar US$5,8 milliar.
Ia menyebutkan sejumlah aspek reformasi yang perlu dilakukan dan tidak boleh ditunda lagi misalnya terkait dengan infrastruktur, perburuhan, perizinan, koordinasi pusat dan daerah. Pemerintah juga harus memerbaiki iklim investasi, khususnya ekspor. (Daniel Wesly Rudolf)
Editor: Irvan Sihombing
Akan tetapi, kebijakan pengurangan stimulus pasti akan dilakukan secara bertahap, seiring perbaikan ekonomi negara 'Paman Sam' itu. Hal ini akan menciptakan kembali aksi penarikan modal asing (outflow) dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Kondisi pembalikan arus modal itu akan menekan perekonomian negara-negara berkembang terutama yang mengalami persoalan neraca pembayaran yang kurang sehat.
"Ini perlu kita waspadai dan kita sikapi dan kita mesti lihat ke depan. Ada kemungkinan dengan jangka waktu tingkat bunganya juga meningkat.
Ini akan berdampak pada negara berkembang yang punya neraca pembayaran yang kurang sehat akan dapat tekanan lebih tinggi. Oleh karena itu bagi Indonesia kita harus bisa gunakan waktu di mana The Fed menunda stimulusnya untuk kita persiapkan diri dengan baik," terang Agus.
Transaksi berjalan pada kuartal II, sesuai data BI, mengalami defisit US$9,8 miliar. Nilai ini naik bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar US$5,8 milliar.
Ia menyebutkan sejumlah aspek reformasi yang perlu dilakukan dan tidak boleh ditunda lagi misalnya terkait dengan infrastruktur, perburuhan, perizinan, koordinasi pusat dan daerah. Pemerintah juga harus memerbaiki iklim investasi, khususnya ekspor. (Daniel Wesly Rudolf)
Editor: Irvan Sihombing
Posting Komentar